Pengembangan E-Learning Menggunakan LMS
A.
Definisi LMS
LMS atau lebih dikenal dengan Learning Management
System adalah suatu perangkat lunak atau software yang digunakan untuk
mengelola (untuk keperluan administrasi), dokumentasi, materi dan bahan ajar
pelatihan serta laporan kegiatan belajar mengajar secara online (terhubung
ke internet), semua itu dilakukan secara online (ellis 2009). Dengan kata yang
lain LMS adalah perangkat lunak yang digunakan untuk membuat materi perkuliahan
online berbasiskan web dan mengelola kegiatan pembelajaran serta
hasil-hasilnya. Menurut Ann Gordon LMS adalah environment yang digunakan oleh
pengajar/dosen/instruktur dalam membuat, menyimpan, menggunakan kembali,
mengelola serta menyampaikan materi pembelajaran kepada para siswa. Sementara
itu menurut wikipedia: LMS didefinisikan sebagai sebuah perangkat lunak untuk
menyampaikan, tracking, serta mengelola pembelajaran. LMS merupakan aplikasi
perangkat lunak untuk dokumentasi, administrasi, pelacakan, pelaporan program
pelatihan, kelas dan kegiatan ‘’online’’, ‘’e-learning program’’, dan isi
pelatihan.
Sebuah LMS harus dapat melakukan hal-hal
berikut, yaitu:
1. Memusatkan
dan mengotomatisasi administrasi.
2. Menggunakan
layanan ‘’self-service’’ dan ‘’self-guided’’.
3. Mengumpulkan
dan menyampaikan konten pembelajaran dengan cepat.
4. Mengkonsolidasikan
inisiatif pelatihan pada platform berbasis web scalable.
5. Mendukung
portabilitas dan standarisasi –elearning.
6. Personalisasi
isi dan memungkinkan penggunaan kembali pengetahuan tersebut.
B.
Fitur-Fitur LMS
Di dalam LMS terdapat fitur-fitur yang dapat
memenuhi semua kebutuhan dari pengguna dalam hal pembelajaran. Saat ini ada
banyak jenis LMS yang ditawarkan, setiap jenis LMS memiliki fiturnya
masing-masing yang dapat digunakan dalam kondisi yang berbeda.
Fitur-fitur LMS pada umumnya antara lain :
1.
Administrasi, yaitu informasi tentang
unit-unit terkait dalam proses belajar mengajar, yang meliputi beberapa item
antara lain:
a.
Tujuan dan sasaran.
b.
Silabus.
c.
Metode pengajaran.
d.
Jadwal kuliah.
e.
Tugas.
f.
Jadwal ujian.
g.
Daftar referensi atau bahan bacaan.
h.
Profil dan kontak pengajar.
i.
Pelacakan/tracking dan monitoring
2.
Penyampaian materi dan kemudahan akses
ke sumber referensi
a.
Diktat dan catatan kuliah.
b.
Bahan presentasi.
c.
Contoh ujian yang lalu.
d.
FAQ (Frequently Asked Questions).
e.
Sumber-sumber referensi untuk pengerjaan
tugas.
f.
Situs-situs bermanfaaat.
g.
Artikel-artikel dalam jurnal online.
3.
Penilaian .
4.
Ujian online dan pengumpulan feedback.
5.
Komunikasi.
a.
Forum diskusi online
b.
Mailing list diskusi.
c.
Chat
Melalui LMS ini,
siswa juga dapat melihat nilai tugas dan test atau ujian serta peringkatnya
berdasarkan nilai tugas atau test tersebut. Selain itu, mahasiswa dapat melihat
modul-modul yang ditawarkan, mengambil tugas-tugas dan tes-tes yang harus
dikerjakan, serta melihat jadwal diskusi secara maya dengan instruktur,
narasumber dan siswa lain.
C.
Karakteristik LMS
LMS harus memenuhi persyaratan proses belajar
mengajar dalam pendidikan. Sementara itu sebuah LMS untuk “Corporate learnig”
harus memiliki karekteristik VLE (virtual learning environment) atau lingkungan
belajar virtual, yang digunakan oleh sebuah lembaga pendidikan. Hal itu
masing-masing memenuhi kebutuhan yang unik. Lingkungan belajar virtual yang
digunakan oleh universitas dan perguruan tinggi memungkinkan Dosen atau
Guru untuk mengelola program dan pertukaran informasi dengan siswa
untuk kegiatan belajar. Mereka akan bertemu beberapa kali
selama satu minggu. Kegiatan belajar mengajar tersebut dapat dilakukan dalam
beberapa secara online dan dalam waktu yang singkat. Dalam perkembangannya
elearning dapat dilakukan melalui tatap muka secara online maupun offline
(fface to face). Hal ini dikenal sebagai blended learning.
Beberapa Karakteristik umum dari LMS
antara lain ialah sebagai berikut:
a.
Mengelola pengguna, peran, kursus,
instruktur, fasilitas, dan menghasilkan laporan.
b.
Kursus kalender.
c.
Learning Path.
d. Mahasiswa
dan pemberitahuan pesan.
e.
Penilaian dan penanganan pengujian
sebelum dan setelah pengujian.
f.
Tampilan dan transkrip nilai.
g.
Grading kursus dan pengolahan daftar
termasuk waitlisting.
h.
Web-based atau program pengiriman
dicampur
Karakteristik
lebih spesifik untuk “corporate learning”, yang kadang-kadang mencakup
franchisee atau mitra usaha lainnya, termasuk:
a.
Autoenrollment (mendaftarkan Mahasiswa
di program bila diperlukan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan,
seperti judul pekerjaan atau kerja lokasi).
b.
Manajer pendaftaran dan persetujuan.
c.
Boolean definisi untuk prasyarat atau
equivalencies.
d.
Integrasi dengan pelacakan kinerja dan
sistem manajemen.
e.
Perencanaan alat untuk mengidentifikasi kesenjangan
keterampilan pada tingkat departemen dan individu.
f.
Kurikulum, kebutuhan pelatihan yang
dibutuhkan dan pilihan di tingkat individu dan organisasi.
g.
Pengelompokan siswa menurut unit
demografis (wilayah geografis, jenis produk, ukuran bisnis, dll).
h.
Pilih mitra perusahaan dan karyawan
lebih dari satu pekerjaan judul di lebih dari satu unit demografis
D.
Perankat Lunak Untuk LMS
Perangkat lunak yang menyediakan fungsi-fungsi LMS
biasanya berbasis web yang tersedia beberapa ragam baik komersial maupun freeware.
Beberapa perangkat lunak yang dapat digunakan untuk penerapan dan pengelolaan
E-learning antara lain, sebagai berikut:
Strategi Belajar Melalui E-Learning
A. Mengenal
Strategi Pembelajaran Berbasis E-Leaning
Strategi
pembelajaran adalah suatu rangkaian kegiatan yang telah dirancang guna mencapai
tujuan secara efektif dan efisien yang dilakukan oleh guru dan siswa. Jaya
Kumar C. Koran (2002), mendefinisikan e-learning sebagai sembarang pengajaran
dan pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN, atau
internet) untuk menyampaikan isi pembelajaran, interaksi, atau bimbingan.
Rosenberg (2001)
menekankan bahwa e-learning merujuk pada penggunaan teknologi
internet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang dapat meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan. Hal ini senada dengan Cambell (2002) dan Kamarga (2002)
yang intinya menekankan penggunaan internet dalam pendidikan sebagai hakekat
e-learning. Bahkan Onno W. Purbo (2002) menjelaskan bahwa istilah “e”atau
singkatan dari elektronik dalam e-learning digunakan sebagai istilah untuk segala
teknologi yang digunakan untuk mendukung usaha-usaha pengajaran lewat teknologi
elektronik internet. Internet, Intranet, satelit, tape audio/video,
TV interaktif dan CD-ROM adalah sebahagian dari media elektronik
yang digunakan Pengajaran boleh disampaikan secara ‘synchronously’ (pada waktu
yang sama) ataupun ‘asynchronously’ (pada waktu yang berbeda).
Materi pengajaran dan pembelajaran yang disampaikan melalui media ini mempunyai
teks, grafik, animasi, simulasi, audio dan video.
Strategi
Pembelajaran Berbasis Komputer dan Elektronik dapat dibedakan menjadi :
1.
Strategi
Pembelajaran berbasis computer
Komputer adalah
alat elektronik yang termasuk kategori multimedia. Menurut Arsyad (Yanti
Herlanti 2005:3) komputer mampu melibakan berbagai indra dan organ tubuh
seperti telinga (audio), mata (visual), dan tangan (kinetik) yang dengan
perlibatan ini dimungkinkan informasi atau pesannya mudah dimengerti.
Komputer telah mulai diterapkan dalam pembelajaran bahasa mulai 1960.
Perkembangan teknologi komputer membawa banyak perubahan pada sebuah program
aplikasi yang seharusnya didesain terutama pada upaya menjadikan teknologi ini
mampu memanipulasi keadaan sesungguhnya. Penekanannya terletak pada upaya yang
berkesinambungan untuk memaksimalkan aktifitas belajar mengajar sebagai
interaksi kognitif antara siswa, materi subjek, dan instruktur. Sistem-sistem
komputer dapat menyampaikan pembelajaran secara langsung kepada siswa melalui
cara berinteraksi dengan mata pelajaran yang diprogramkan, sistem inilah yang
disebut pngajaran dengan bantuan komputer.
Pembelajaran
berbasis komputer adalah sebuah konsep baru yang sampai saat ini banyak desain
dan implementasinya tentunya dalam dunia pendidikan dan pembelajaran. Kondisi
ini muncul sebagai wujud nyata dari globalisasi teknologi informasi dan
computer. Ada delapan alasan pemakaian computer sebagai media pembelajaran.
Alasan-alasan itu adalah: pengalaman, motivasi, meningkatkan pembelajaran,
materi yang otentik, interaksi yang lebih luas, lebih pribadi, tidak terpaku
pada sumber tunggal.
2.
Strategi Pembelajaran berbasis Elektronik
Sistem pembelajaran
elektronik atau e-pembelajaran (Inggris: Electronic learning disingkat E-learning)
adalah cara baru dalam proses belajar mengajar. E-learning merupakan dasar
dan konsekuensi logis dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Dengan e-learning, peserta ajar (learner atau
murid) tidak perlu duduk dengan manis di ruang kelas untuk menyimak setiap ucapan dari seorang guru secara langsung. E-learning juga dapat
mempersingkat jadwal target waktu pembelajaran, dan tentu saja menghemat biaya
yang harus dikeluarkan oleh sebuah program studi atau program pendidikan.
B. Karakteristik
Strategi Pembelajaran E-Learning
1.
Memanfaatkan jasa teknologi elektronik; di
mana guru dan siswa, siswa dan sesama siswa
atau guru dan sesama guru dapat berkomunikasi dengan relatif
mudah dengan tanpa dibatasi oleh hal-hal yang protokoler.
2.
Memanfaatkan keunggulan komputer (digital
media dan computer networks).
3.
Menggunakan bahan ajar bersifat mandiri (self
learning materials) disimpan di komputer sehingga dapat diakses oleh guru dan
siswa kapan saja dan di mana saja bila yang bersangkutan memerlukannya.
4.
Memanfaatkan jadwal pembelajaran, kurikulum,
hasil kemajuan belajar dan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi
pendidikan dapat dilihat setiap saat di komputer.
C. Hal
yang Perlu Dirancang dalam E-Learning
Untuk dapat
menghasilkan e-learning yang menarik dan diminati, Onno W. Purbo (2002)
mensyaratkan tiga hal yang wajib dipenuhi dalam merancang elearning, yaitu :
1.
Sederhana
Sistem yang
sederhana akan memudahkan peserta didik dalam memanfaatkan teknologi dan menu
yang ada, dengan kemudahan pada panel yang disediakan, akan mengurangi
pengenalan sistem e-learning itu sendiri, sehingga waktu belajar peserta dapat
diefisienkan untuk proses belajar itu sendiri dan bukan pada belajar
menggunakan sistem e-learning-nya.
2.
Personal
Syarat personal
berarti pengajar dapat berinteraksi dengan baik seperti layaknya seorang guru
yang berkomunikasi dengan murid di depan kelas. Dengan pendekatan dan interaksi
yang lebih personal, peserta didik diperhatikan kemajuannya, serta dibantu
segala persoalan yang dihadapinya. Hal ini akan membuat peserta didik betah
berlama-lama di depan layar komputernya.
3.
Cepat
Kemudian layanan
ini ditunjang dengan kecepatan, respon yang cepat terhadap keluhan dan
kebutuhan peserta didik lainnya. Dengan demikian perbaikan pembelajaran dapat
dilakukan secepat mungkin oleh pengajar atau pengelola. Sedangkan Rosenberg
(2001) mengkatagorikan tiga kriteria dasar yang ada dalam e-learning :
a.
e-learning bersifat jaringan, yang membuatnya
mampu memperbaiki secara cepat, menyimpan atau memunculkan
kembali,mendistribusikan, dan sharing pembelajaran dan informasi.
b.
e-learning dikirimkan kepada pengguna melalui
komputer dengan menggunakan standar teknologi internet.
c.
e-learning terfokus pada pandangan
pembelajaran yang paling luas, solusi pembelajaran yang menggungguli paradikma
tradisional dalam pelatihan
D. Teknologi
Pendukung E-Learning
Dalam prakteknya e-learning memerlukan bantuan teknologi.
Karena itu dikenal istilah: computer based learning (CBL)
yaitu pembelajaran yang sepenuhnya menggunakan komputer; dan computer
assisted learning (CAL) yaitu pembelajaran yang menggunakan alat bantu
utama komputer.
Teknologi pembelajaran terus berkembang. Namun pada
prinsipnya teknologi tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1.
Technology based learning
Technology based learning ini pada prinsipnya terdiri
dari Audio Information Technologies (radio, audio tape, voice mail telephone)
dan Video Information Technologies (video tape, video text, video messaging).
2.
Technology based web-learning.
Technology based web-learning pada dasarnya adalah Data
Information Technologies (bulletin board, Internet, e-mail, tele-collaboration).
Dalam pelaksanaan pembelajaran sehari-hari, yang sering dijumpai adalah
kombinasi dari teknologi yang dituliskan di atas (audio/data, video/data,
audio/video). Teknologi ini juga sering di pakai pada pendidikan jarak jauh
(distance education), dimasudkan agar komunikasi antara murid dan guru bisa
terjadi dengan keunggulan teknologi e-learning ini.
E. Prosedur
Pengembangan Bahan Aja pada E-Learning
Langkah-langkah
dalam pengembangan bahan ajar pada e-learning yaitu :
1.
Mengidentifikasi bahan pelajaran yang
disajikan setiap pertemuan
2.
Menyusun kerangka materi pembelajaran yang
sesuai dengan tujuan instruksional dan pencapaiannya sesuai dengan indikator –
indicator yang telah ditetapkan.
3.
Bahan tersebut selanjutnya dibuat tampilan
yang semenarik mungkin dengan menggunakan aplikasi komputer yang
didukung oleh gambar, video dan bahan animasi lainnya agar siswa lebih tertarik
dengan materi yang dipelajari serta diberikan latihan – latihan sesuai dengan
kaidah evaluasi pembelajaran sekaligus bahan evaluasi kemajuan siswa.
4.
Bahan pengayaan hendaknya diberikan melalui
link ke situs – situs belajar yang ada di internet agar siswa mudah
mendapatkannya.
5.
Setelah bahan selesai maka secara teknis guru
tinggal mengupload ke situs e – learning yang telah dibuat.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa e-learningmerupakan
salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan oeh guru agar pembelajaran
yang dilakukannya berhasil karena pada e-larning siswa dapat mengatur sendiri
kecepatan belajarnya dan guru dapat melakukan pembaharuan bahan ajar dengan
cepat dan langsng diterima oleh siswa.
F. Manfaat
Penerapan Strategi E-Learning
Manfaat dari penerapan Strategi E-learning menurut
Soekartawi (2003) adalah sebagai berikut:
Dari sudut peserta didik
Adanya kegiatan e-learning memungkinkan berkembangnya
fleksibilitas yang tinggi. Artinya peserta didik dapat mengakses bahan-bahan
belajar setiap saat dan berulang-ulang. Peserta didik juga dapat berkomunikasi
dengan guru setiap saat. Dengan kondisi yang demikian ini, peserta didik dapat
lebih memantapkan penguasaannya terhadap materi pelajaran.
Dari
sudut guru
a.
Lebih mudah melakukan pemutakhiran
bahan-bahan belajar yang menjadi tanggung jawabnya sesuai dengan tuntutan
perkembangan keilmuan yang mungkin terjadi.
b.
Mengembangkan di atau melakukan penelitian
guna meningkatkan wawasannya karena waktu luang yang dimiliki relatif banyak.
c.
Mengontrol kegiatan belajar peserta didik.
Bahkan guru juga dapat mengetahui kapan peserta didiknya belajar, topik
apa yang dipelajari, berapa lama sesuatu topik dipelajari serta
berapa kali topik tertentu dipelajari ulang.
d.
Mengecek apakah peserta didik telah
mengerjakan soal-soal latihan setelah mempelajari
topik tertentu, dan.
e.
Memeriksa jawaban peserta didik dan
memberitahukan hasilnya kepada peserta didik.
G. Kelebihan
dan Kelemahan Stategi Pembelajaan E-Learning
Kelebihan
1.
Tersedianya fasilitas e-moderating di mana
guru dan siswa dapat berkomunikasi secara mudah melalui fasilitas internet
secara regular atau kapan saja kegiatan berkomunikasi itu dilakukan dengan
tanpa dibatasi oleh jarak, tempat dan waktu.
2.
Guru dan siswa dapat menggunakan bahan ajar
atau petunjuk belajar yang terstruktur dan terjadwal melalui internet, sehingga
keduanya bisa saling menilai sampai berapa jauh bahan ajar dipelajari.
3.
Siswa dapat belajar atau me-review bahan ajar
setiap saat dan di mana saja kalau diperlukan mengingat bahan ajar tersimpan di
komputer.
4.
Bila siswa memerlukan tambahan informasi yang
berkaitan dengan bahan yang dipelajarinya, ia dapat melakukan akses di internet
secara lebih mudah.
5.
Baik guru maupun siswa dapat melakukan
diskusi melalui internet yang dapat diikuti dengan jumlah peserta yang banyak,
sehingga menambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih luas.
6.
Berubahnya peran siswa dari yang biasanya pasif
menjadi aktif.
7.
Relatif lebih efisien.
Kekurangan
Walaupun internet
memiliki banyak manfaat dalam pendidikan juga memiliki kelemahan. Beberapa
kritik Bullen (2001) dan Beam (1997) yaitu :
1.
Kurangnya
interaksi antara guru dan peserta didik atau bahkan antar peserta didik itu
sendiri yang bisa memperlambat terbentuknya values dalam proses belajar dan
mengajar.
2.
Kecenderungan
mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya mendorong tumbuhnya
aspek bisnis/komersial.
3.
Proses
belajar dan mengajarnya cenderung ke arah pelatihan daripada pendidikan.
4.
Berubahnya
peran guru dari yang semula menguasai teknik pembelajaran
Konvensional, kini juga dituntut mengetahui teknik pembelajaran
yang menggunakan ICT.
5.
Peserta
didik yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal.
6.
Tidak
semua tempat tersedia fasilitas internet.
7.
Kurangnya
tenaga yang mengetahui dan memiliki keterampilan intenet.
8.
Kurangnya
penguasasan bahan computer.
H. Cara
Mengatasi Kekurangan dari Strategi Pembelajaran E-Learning
Menurut Soekartawi (dalam Kedasih, 2007:3) hal ini
mungkin dapat diatasi dengan cara :
1.
Disediakan forum untuk berdiskusi antara guru
dengan peserta didik dan antar peserta didik.
2.
Diberikan keterampilan menguasai teknologi kepada
pengajar.
3.
Disediakan fasilitas jaringan dan koneksi
internet di tempat-tempat pendidikan.
4.
Disediakan software pembelajaran.
5.
Adanya kebijakan yang mendukung pelaksanaan
progran e-learning
Langganan:
Postingan (Atom)